Kapal Pengangkut Sembako dari Malaysia Karam di Nunukan, 2 ABK Masih Hilang: Kronologi dan Upaya Pencarian
Info NUNUKAN– Sebuah kapal kayu tradisional yang mengangkut sembako dari Malaysia untuk warga Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, dilaporkan karam di Perairan Tanjung Aru pada Sabtu malam. Musibah ini mengakibatkan dua dari tiga awak (ABK) hilang, sementara seluruh muatan bahan pokok tenggelam.
Kapal Tenggelam Akibat Cuaca Buruk dan Gelombang Tinggi
Menurut Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Nunukan, Letkol Laut (P) Primayantha Maulana Malik, tersebut berangkat dari Pulau Sebatik menuju Malaysia pada Sabtu sore sekitar pukul 16.00 WITA. Setelah membeli sembako, kembali berlayar ke Sebatik sekitar pukul 20.00 WITA.
Namun, saat berada di Perairan Tanjung Aru pada koordinat 04° 07′ 00″ LU – 117° 55′ 00″ BT, kapal mengalami kerusakan mesin. Cuaca buruk dengan gelombang tinggi menyebabkan air masuk ke dalam , hingga akhirnya tenggelam.
“Para ABK berusaha menyelamatkan diri dengan mencari alat pelampung,” jelas Primayantha.
Satu ABK Selamat, Dua Masih Hilang
salah satu ABK, Arifin Nurman (29), ditemukan selamat oleh cepat reguler Sadewata yang sedang menuju Tarakan. Arifin segera dievakuasi ke Puskesmas Sebatik untuk mendapatkan perawatan medis.
Sayangnya, dua ABK lainnya—Hasim Bin Hatta (Acok), nahkoda kapal, dan Rahmat—masih dinyatakan hilang. Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian di lokasi kejadian.
Upaya Pencarian oleh TNI AL dan Tim SAR Gabungan
Pada hari pertama pencarian, prajurit Lanal Nunukan berhasil menemukan kapal yang karam dan menariknya ke daratan.
“Hari ini adalah hari kedua pencarian. Kami melibatkan unsur SAR dari Pos AL Sei Pancang, Pos Sei Nyamuk, Satgas Marinir Ambalat XXXI Ops Yudha Dharma 02 Guspurla Koarmada II, Tim Kopaska Ops Yudha Dharma 02 Guspurla Koarmada II, Airud Sebatik, serta Tim SAR Gabungan,” jelas Primayantha.
Pencarian dilakukan di sekitar lokasi tenggelamnya kapal dengan menggunakan peralatan lengkap, termasuk kapal patroli dan helikopter pengintai.

Baca Juga: BNPP Bahas Usulan Malaysia Soal ‘Preservation Area’ 3 Meter di Garis Batas
Kapal tersebut mengangkut berbagai sembako untuk memenuhi kebutuhan warga Pulau Sebatik, yang sering bergantung pada pasokan dari Malaysia karena akses yang lebih mudah dibandingkan dari Nunukan. Tenggelamnya kapal ini dikhawatirkan akan menyebabkan kelangkaan bahan pokok di pulau tersebut.
Pemerintah setempat dan relawan telah berkoordinasi untuk menyiapkan bantuan logistik darurat bagi warga yang terdampak.
Permasalahan Transportasi Laut di Perbatasan
Insiden ini kembali menyoroti kerentanan transportasi laut tradisional di perbatasan Indonesia-Malaysia. Kapal-kapal kecil dengan kapasitas terbatas sering kali harus berlayar dalam kondisi cuaca yang tidak menentu.
Beberapa warga dan aktivis mendesak pemerintah untuk meningkatkan pengawasan keselamatan pelayaran, termasuk pemantauan cuaca dan peningkatan kualitas yang digunakan untuk mengangkut barang antarnegara.
Keluarga dan rekan-rekan kedua ABK yang hilang masih berharap mereka akan ditemukan selamat. Masyarakat setempat juga turut mendoakan dan membantu upaya pencarian.
“Kami tidak akan berhenti mencari sampai ada kepastian,” tegas Danlanal Nunukan.
Musibah tenggelamnya kapal pengangkut sembako di Nunukan ini menjadi pengingat betapa pentingnya keselamatan pelayaran, terutama di wilayah perbatasan. Pemerintah dan pihak berwenang diharapkan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.
Sementara itu, upaya pencarian dua ABK yang hilang terus dilakukan dengan harapan mereka dapat segera ditemukan dalam keadaan selamat.