NUNUKAN- longsor dan banjir yang melanda Nunukan, khususnya Krayan Selatan, masih menyisakan duka mendalam bagi masyarakat. Desa Long Layu, Kecamatan Krayan Selatan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kini terancam lumpuh total akibat rusaknya sejumlah infrastruktur vital. Bandara, listrik, dan jalan darat mengalami kerusakan parah, membuat ratusan warga terlindungi tanpa akses transportasi, penerangan, dan komunikasi.
Bandara Rusak, Penerbangan Terhenti
Salah satu masalah terbesar adalah kerusakan landasan Bandara Long Layu, yang membuat penerbangan domestik ke Tarakan, Malinau, dan Nunukan terhambat. Padahal, bandara ini menjadi satu-satunya akses transportasi udara bagi warga. Tanpa perbaikan segera, masyarakat kesulitan mendapatkan pasokan logistik, termasuk bahan bakar minyak (BBM) yang sangat dibutuhkan untuk pembangkit listrik.
Camat Krayan Selatan, Oktovianus Ramli, mengungkapkan bahwa kerusakan bandara mempercepat kondisi warga. “Jika bandara tidak segera diperbaiki, Long Layu benar-benar terputus dari dunia luar,” ujarnya.
Jalan Rusak, BBM Tak Sampai, Listrik Padam Total
Selain bandara, akses jalan darat dari Long Layu menuju Lembudud juga dalam kondisi memprihatinkan. Jalan berlumpur dan berlubang membuat distribusi barang terhambat. Apalagi truk pengangkut BBM terjebak di jalan sejak Jumat (7/6) dan belum bisa mencapai Long Layu hingga kini.

Baca Juga : Prabowo Resmikan Kantor DPD Gerindra di Banten
Akibatnya, sejak 4 Juni 2025, Krayan Selatan mengalami pemadaman listrik total. Warga terpaksa hidup dalam kegelapan selama tiga hari berturut-turut. “Kami seperti hidup di zaman dulu, tanpa penerangan, sinyal hilang, dan sulit berkomunikasi,” keluh salah seorang warga.
PLN tidak bisa beroperasi karena kehabisan BBM, sementara solusi darurat seperti generator listrik juga tidak tersedia. Satu-satunya sumber penerangan adalah lilin atau lampu aki bagi yang masih memilikinya.
Internet Mati, kecuali bagi Pengguna Starlink
Tidak hanya listrik, jaringan internet juga mati total. Hanya warga yang memiliki perangkat Starlink—jaringan satelit milik Elon Musk—yang masih bisa mengakses dunia luar. Kondisi ini sangat memukul 13 desa di dua klaster, yaitu Long Layu (8 desa) dan Pa Upan (5 desa), yang kini benar-benar terlindungi.
Tanpa sinyal, warga kesulitan melaporkan kondisi mereka ke pemerintah. “Kami seperti dilupakan. Sudah berulang kali mengirim surat ke pemerintah provinsi, tapi belum ada respons yang memadai,” ujar Oktovianus.
Pelayanan Kesehatan Terancam, Evakuasi Medis Sulit
Dampak lain yang sangat berdampak adalah terganggunya pelayanan kesehatan. Dengan bandara yang rusak, menyampaikan pesan medis kepada pasien kritis menjadi sangat sulit. Warga yang sakit terpaksa dirawat seadanya, sementara akses ke rumah sakit terdekat terhalang jalan yang rusak.
Status Pemerintah Perpanjang Tanggap Darurat
Menyadari situasi parahnya, Pemerintah Kabupaten Nunukan memperpanjang status tanggap darurat bencana di Krayan Selatan hingga 5 Juli 2025. Perpanjangan ini dilakukan untuk mempercepat perbaikan jalan, jembatan, dan distribusi logistik.
Kepala BPBD Nunukan, Arif Budiman, mengatakan, “Kami berharap ada tindakan cepat dari pemerintah provinsi agar aktivitas warga kembali normal.” Namun hingga kini, belum ada kepastian kapan perbaikan infrastruktur akan dimulai.
“Kami butuh solusi nyata, bukan janji. Setiap hari hidup semakin sulit, dan kami tidak tahu harus mengadu ke mana,” ujar seorang warga dengan nada putus asa.
Bencana di Krayan Selatan adalah ujian nyata bagi respons pemerintah terhadap krisis infrastruktur di daerah terpencil. Jika tidak ada tindakan cepat, bukan tidak mungkin Long Layu akan semakin terpuruk dalam keterisolasian.
Masyarakat Krayan Selatan menunggu tindakan nyata. Jika dibiarkan, bencana alam ini bisa berubah menjadi bencana kemanusiaan yang lebih besar.